Adaptasi Prodo Imitatio pada Ruang dan Waktu, Review Pertunjukan Monolog di Surau Space Bogor
Ini adalah review pertunjukan monolog “Prodo Imitatio” di Surau Space, Cilebut Bogor oleh Surau Creative. Pertunjukan ini hadir dengan sejumlah penyesuaian dengan ruang dan waktu. Ruang yang sempit menuntut aktor cerdas dalam bermain bloking. Waktu masa kini pun menjadi olahan tersendiri bagi aktor dan sutradara untuk memberikan adaptasi agar lebih relevan.

Prodo Imitatio Meliuk di Ruang Sempit
Pementasan “Prodo Imitatio” oleh Teater Ras ini sukses memanfaatkan ruang sempit. Sang Aktor membuka aksinya dari belakang penonton. Meski belum memasuki dialog utamanya, cara masuk aktor ini sukses membuat ruang gerak menjadi lebih luas.
Aktor cukup mulus membawakan naskah ini. Dengan sedikit penyesuaian beberapa bagian dialog, naskah andalan festival monolog ini menjadi lebih “fresh”. Keluwesan aktor dalam merespon kendala teknis pun tampak naturan, sehingga penonton yang tidak tahu naskah aslinya tidak akan menyadari ada kesalahan.
Aktor mulai “terhimpit” ketika memasuki klimaks. Aksi-aksi yang seharusnya bisa mengeksplorasi ruang menjadi terbatas. Adegan sang Prodo Imitatio yang menceritakan sejarah jual-beli gelar bisa menjadi bagian yang asik dengan eksplorasi ruang. Bagaimana sang Prodo Imitatio masuk penjara dan berinteraksi dengan kecoa pun bisa sangat menggelitik dengan pergerakan yang dinamis. Bloking yang terbatas ini sempat membuat pertunjukan monoton.
Baca:
Ruang Alternatif Pentas Teater
Beruntung, aktor cukup lihai bermain gestur. Tak butuh vokal yang bombastis, gestur dan permainan warna vokal membuat pertunjukan ini menghibur. Sukses terus Teater Ras dan Surau Creative!

Adaptasi Kekinian, Awas Kelewatan
Sutradara monolog Prodo Imitatio ini mencoba menyesuaikan naskah dengan kondisi masa kini agar lebih relevan. Ada sejumlah kata yang diubah, tak hanya untuk menyesuaikan kondisi kehidupan sehari-hari, tapi juga mempermudah sang aktor dalam memainkan karakter dan dialognya.
Sutradara cerdas dengan mengubah adegan membaca koran dengan membaca berita di ponsel. Adegan ini lebih relevan karena sumber berita kini masa kini berasal dari media online dan media sosial. Koran masih ada, tapi tak banyak lagi masyarakat yang membacanya.
Adegan ini sekaligus juga menjadi cara sutradara mempermudah aktor dalam menghafal dialog. Membaca berita, sekaligus membaca naskah. Buy 1 get 1 free. Cerdas!
Masih ada beberapa penyesuaian lain untuk menjaga relevansi dialog dengan kondisi terkini. Mengubah buku tebal dengan buku digital juga menjadi inisiatif yang cerdas. Namun, ada pula penyesuaian yang “kelewatan”. Penyebutan macam-macam gelar di awal pertunjukan menjadi tidak relevan dengan penonton. Cara ini lebih masuk jika disaksikan oleh civitas akademika atau mahasiswa.
Tidak heran. Pementasan ini sebelumnya dipentaskan di Universitas Gunadarma. Sepertinya bagian ini tidak diubah untuk pementasan di Surau Space.
Cara sutradara menyesuaikan naskah adalah cara agar penonton menikmati pertunjukan. Ada pula prinsip sutradara lain yang tetap berpatokan pada naskah asli kata per katanya, adegan per adegannya, hingga karakternya. Tidak ada yang salah. Setiap pilihan ini ada pertanggungjawabannya. Sekali lagi, tidak ada yang salah. Yang salah adalah jika seniman tidak berkarya. Salam!
Baca juga:
Naskah Asli Prodo Imitatio Bisa Dibaca Di Sini