Catatan Juri Peksimida Monolog di Jawa Barat 2024: Peserta Kurang Persiapan, Panitia Harus Perbarui Naskah

(Disclaimer: tulisan ini adalah catatan juri Peksimida monolog yang terlibat langsung di dalam proses pelaksanaan Peksimida Jawa Barat 2024. Tim Redaksi hanya merapikan tulisan)

Oleh : Achmad Dayari – Juri Peksimida Jawa Barat 2024 Tangkai Lomba Monolog

Tangkai lomba monolog di Peksimida Jawa Barat tahun ini menggunakan metode daring, sesuai keputusan juri. Ada 13 peserta dari perguruan tinggi se-Jawa Barat yang mengirimkan video pertunjukannya melalui kanal Youtube. Mereka antara lain Universitas Bale Bandung, Universitas Pasundan Bandung, Universitas Pakuan Bogor, Universitas Kuningan, Universitas Padjadjaran Bandung, Institut Seni dan Budaya (ISBI) Bandung, Universitas Singa Perbangsa Karawang, Universitas Nusa Putra Sukabumi, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Universitas Katolik Parahyangan Bandung, Universitas Kristen Maranata Bandung, Universitas Siliwangi Tasikmalaya, Institut Pertanian Bogor, dan Universitas Telkom Bandung.  

Tidak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, durasi tangkai lomba monolog begitu singkat, sekitar 10 menit untuk mengolah 10 naskah pilihan panitia menjadi pertunjukan. Kesepuluh naskah tersebut antara lain Aeng (Putu Wijaya), Spinx (Beni Yohanes), Prodo Imitatio (Arthur S. Nalan), Lugu Kayu Bakar (Budi Ros), Tikus-Tikus (Ari Nurtanio), Patih (Nguntarlan Nur Syahid), Tolong (Nano Riantiarno), Kasir Kita (Arifin C. Noer), Balad Sumarah (Tentem Lestari), dan Pidato (Putu Fajar Arcana). Mengonversi naskah-naskah panjang ini menjadi pertunjukan 10 menit memang tidak mudah. Sutradara atau penggarap haruslah cerdas memilah naskah menjadi satu kesatuan yang tetap mempertahankan benang merah cerita, tidak hilang dalam 10 menit pertunjukan.

Di luar kemampuan sutradara sebagai penggarap, tentu faktor pendukung utama pertunjukan monolog adalah aktornya sebagai penampil utama. Dengan media video, memang ada sedikit keterbatasan visual, tidak seperti menyaksikannya langsung di media panggung.

Baca juga:
Mahasiswa Universitas Pakuan Bogor Juara 1 Peksimida Jabar, Ini Lombanya!

Penilaian dan Evaluasi Juri

Ada beberapa catatan juri dalam Peksimida Jawa Barat tahun 2024 tangkai lomba monolog ini. Penampil nomor urut pertama dari Universitas Bale Bandung menampilkan naskah “Tangan Kecil Aini”. Naskah ini tidak menjadi pilihan dari 10 naskah panitia. Naskah ini adalah naskah FLS2N tingkat SMA tahun 2023. Permasalahan pemilihan naskah yang tidak sesuai dengan pilihan panitia juga terjadi sejumlah peserta. Mereka antara lain Universitas Pakuan Bogor, Universitas Pasundan Bandung dan Universitas Maranta Bandung. Bahkan, ada kesalahan lebih fatal peserta dari Universitas Maranata Bandung dan Universitas Pasundan Bandung. Pertunjukan kedua peserta ini tidak lebih dari 3 menit. Mereka hanya menampilkan nukilan atau potongan naskah, sehingga penilaian tidak bisa sempurna. Sebagai juri, saya akan mengesampingkan penilaian utuh untuk peserta yang tidak menggunakan naskah dari panitia. Secara aturan yang ada di Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis), peserta harus memainkan naskah dari pilihan panitia.

Beberapa peserta lain melewati waktu yang ditentukan, yakni paling lama 10 menit. Mereka antara lain Universitas Kuningan, Universitas Singa Perbangsa Karawang, dan Universitas Katolik Parahyangan Bandung. Tiga kampus ini melebihi waktu 10 menit, seperti yang tercantum dalam Juklak dan Juknis. Hanya ada 6 peserta yang mengikuti aturan panitia. Mereka adalah Universitas Padjadjaran Bandung, ISBI Bandung, Universitas Nusa Putra Sukabumi, Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, Universitas Siliwangi Tasikmalaya dan Institut pertanian Bogor.

Kelebihan dan Kekurangan Peserta

Dari 6 peserta yang memenuhi aturan panitia Peksimida Jawa Barat, semua memiliki kelebihan dan kekurangan. Universitas Nusa Putra Sukabumi misalnya, dalam video pertunjukannya, aktor tidak melengkapi diri dengan kostum, make up dan artistik panggung yang memadai. Aktor hanya menggunakan kemeja putih dalam memerankan tokohnya, tanpa hiasan pertunjukan apapun.

Selanjutnya, Institut pertanian Bogor yang menampilkan naskah Aeng karya Putu Wijaya. Pertunjukan berlatar penjara ini dimainkan oleh aktor laki-laki. Kostum tidak menampilkan seperti narapidana, malah lebih mirip pegawai bengkel karena menggunakan wearpack berwarna biru dongker. Setengah panggung menggunakan teralis dan setengahnya tidak. Aktor mampu menampilkan kegundahan dan kegetiran tokoh. Namun saya sedikit terganggu dengan distorsi-distorsi dialog. Emosi beberapa dialog sama baik dalam keadaan emosi apapun. Aktor kurang cakap menerjemahkan keadaan tokoh Aeng dalam beberapa kondisi.

Pertunjukan selanjutnya adalah dari Universitas Padjajaran Bandung dengan Naskah Balada Sumarah karya Tentem Lestari. Wulanda sebagai aktor memiliki nada dialog yang tidak pas di beberapa dialog. Dialog terdengar melantun atau bergelombang, namun tidak selaras dengan cerita. Lantunan gamelan sebagai backsound juga tidak berada di wilayah yang cocok sebagai pengiring pertunjukan. Gesturisasi aktor yang canggung kian tak membantu menerjemahkan naskah tersebut. Aktor begitu kaku saat menampilkan tubuhnya. Teriakan dan tangisan tokoh yang ingin menampilkan emosi cerita tidak terbangun maksimal, malah ada kesan dipaksakan.

Universitas Pendidikan Indonesia Bandung menampikan naskah Tolong karya Nano Riantiarno. Pertunjukan ini menggunakan latar belakang penjara. Ada jendela kecil di sebelah kiri atas panggung. Atikah yang diperankan Azkia mencoba menjadikan sebuah box kayu sebagai lawan bermainnya. Imajinasi Atikah berkembang dengan permainannya, namun tak diimbangi dengan kejelaskan vokal. Emosi aktor pun tak muncul dengan kuat. Musik yang mengalun semenjak awal menemani pertunjukan ini tak pula menjadi penolong untuk menampilkan emosi tokoh. Jeritan-jeritan yang melengking tidak diimbangi dengan tafsir naskah, tetapi hanya menjadi hiasan-hiasan kesakitan dan penderitaan tokoh yang malah semakin lepas tidak beraturan.

Dua Penampil Terbaik

Tampilan yang menarik tampak dari dua peserta yang membawakan naskah yang sama yaitu dari ISBI Bandung dan Universitas Siliwangi Tasikmalaya, yakni naskah Prodo Imitatio karya Arthur S Nalan. Kedua peserta ini mengemas naskah langganan Peksiminas ini secara berbeda. ISBI Bandung menyuguhkan pertunjukan dengan tempo yang cepat. Pemeran perempuan bernama Liska memerankan tokoh Prodo dalam naskah ini. Berbeda dengan peserta lain, ISBI mengemas videonya dengan multiframe. Beberapa sudut kamera menjadikan video pertunjukannya lebih variatif. Aktor sepertinya menggunakan tambahan mic yang di dadanya. Tokoh menampilkan kegilaan Prodo semenjak awal. Aktor menampilkannya langsung dengan penggunaan pakaian khas penjara belang-belang putih hitam. Liska mampu menampilkan kekuatan vokal dan ekspresi yang kuat. Semenjak tampilan awal, tokoh sibuk dengan penggunaan artistik yakni tiga buah box dan satu buah bendera besar berlambang University of Susulapan.

Berbeda dengan ISBI Bandung, Universitas Siliwangi Tasikmalaya memberikan suguhan gaya yang berbeda. Aktor laki-laki ini yang memerankan Prodo menyuguhkan pertunjukan dengan sedikit tenang dan teratur, tidak terburu-buru. Aktor tampak jelas bagai seorang profesor yang sedang ceramah dan memperkenalkan dagangannya yaitu gelar. Kostum dan tata rias nyentrik, namun pas dan tepat sebagai seorang akademisi. Panggung yang sedikit gelap memang membuat ruang menjadi sedikit sempit. Namun, penguasaan blocking aktor mampu mengimbanginya. Emosi pemeran stabil dan teratur dengan kejelasan intonasi dan ekspresi. Pemeran dan penggarap mampu menciptakan koordinasi tampilan yang stabil dan terkoordinir. Mereka mengeliminasi beberapa bagian naskah, namun esensi pertunjukan masih bisa dinikmati dengan penuh.

Baca juga:
Anak Teater Juara Raih 1 Penulisan Lakon Peksimida Jawa Barat

Harapan dari Catatan Juri Peksimida Monolog

Dari semua penampil, memang perlu ada keterbaruan dari naskah dari panitia. Perlu ada penyegaran naskah, sehingga naskah di setiap tahunnya memiliki perbedaan yang signifikan. Persiapan dari para peserta juga harus menjadi catatan penting. Proses yang baik dengan membaca aturan mata lomba dan interpretasi naskah yang baik, Panitia pun perlu berjibaku untuk menyosialisasikan kegiatan Peksimida ini sehingga kampus benar-benar mempersiapkan mahasiswa-mahasiswanya dengan baik untuk mengikuti setiap mata lomba, khususnya monolog.

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *