Mau Nonton Teater di Weekend, Ke Bogor aja! Ada Ruang Alternatif Pertunjukan Teater

Bogor kini punya ruang alternatif pertunjukan teater. Tak melulu di Kemuning Gading, Bogor Creative Center, atau auditorium Perpustakaan Kota Bogor. Kini Bogor punya tempat pertunjukan seni alternatif, Surau Space yang berada di Cilebut.

Surau Space adalah wadah pertunjukan yang digagas oleh Surau Creative. Founder Surau Creative, Zody Prasetyo mengungkapkan, ia bersama tim akan menggelar Surau Space secara rutin dua kali dalam satu bulan.

“Kita pengen pertunjukan di sini konsisten dulu. Rutin di awal dan akhir bulan. Supaya orang itu menunggu ada pementasan apa ya di awal bulan, di akhir bulan ada apa ya?” ujar Zody.

Sebagai pembuka, ruang alternatif pertunjukan teater ini menyajikan monolog dan pantomim pada Minggu kemarin (26/1). Monolog dalam pementasan perdana ini adalah “Prodo Imitatio” karya Arthur S Nalan. Menurut Zody, monolog ini menjadi pilihan karena ruang yang terbatas. Sementara pemilihan karyanya, Prodo Imitatio menjadi pilihan karena belum lama dipentaskan di Univeristas Gunadarma, sehingga tidak membutuhkan banyak persiapan.

Zody mengatakan, Surau Space terbuka untuk semua jenis pertunjukan, namun dengan ruang yang relatif kecil. Ia juga membuka kesempatan bagi para penggiat seni di Bogor untuk ikut meramaikan Surau Space.

Baca juga
Ketika Iblis Berkhutbah di Hari Akhir, Teater Ras Kasih Gambarannya

Prodo Imitatio Terhimpit di Ruang Sempit

Pementasan “Prodo Imitatio” oleh Teater Ras ini sukses memanfaatkan ruang sempit. Sang Aktor membuka aksinya dari belakang penonton. Meski belum memasuki dialog utamanya, cara masuk aktor ini sukses membuat ruang gerak menjadi lebih luas.

Aktor cukup mulus membawakan naskah ini. Dengan sedikit penyesuaian beberapa bagian dialog, naskah andalan festival monolog ini menjadi lebih “fresh”. Keluwesan aktor dalam merespon kendala teknis pun tampak naturan, sehingga penonton yang tidak tahu naskah aslinya tidak akan menyadari ada kesalahan.

Aktor mulai “terhimpit” ketika memasuki klimaks. Aksi-aksi yang seharusnya bisa mengeksplorasi ruang menjadi terbatas. Adegan sang Prodo Imitatio yang menceritakan sejarah jual-beli gelar bisa menjadi bagian yang asik dengan eksplorasi ruang. Bagaimana sang Prodo Imitatio masuk penjara dan berinteraksi dengan kecoa pun bisa sangat menggelitik dengan pergerakan yang dinamis. Bloking yang terbatas ini sempat membuat pertunjukan monoton.

Beruntung, aktor cukup lihai bermain gestur. Tak butuh vokal yang bombastis, gestur dan permainan warna vokal membuat pertunjukan ini menghibur. Sukses terus Teater Ras dan Surau Creative!

Baca
Review Pementasan Teater Ras "Khotbah Iblis"

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *