Teater Koma Pentaskan “Tanda Cinta”, Penonton Terbawa Suasana hingga Menangis

Teater Koma Tanda Cinta
Pertunjukan teater “Tanda Cinta” oleh Teater Koma (Witjak Widhi Cahya/salihara)

Teater Koma mementaskan lakon berjudul “Tanda Cinta” karya Nano Riantiarno pada Jumat-Sabtu pekan lalu (30-31/8/2024) di Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta. Pertunjukan ini mendapat sambutan baik dari para penonton. Beberapa di antaranya mengaku tersentuh, bahkan adapula yang menangis ketika membaca surat terakhir dari penulis kepada sang istri, Ratna Riantiarno. Mereka adalah aktor yang pertama memainkan karya ini.

Ifa, salah satu penonton mengaku terbawa suasana dengan jalan cerita. Ia juga mengaku terharu dengan surat-surat mendiang Nano Riantiarno untuk istrinya. Beberapa penonton lain juga mengaku takjub dengan keaktoran dua pemain dalam lakon ini, yakni Lutfi Ardiansyah dan Tuti hartati. Aktor senior Slamet Rahardjo juga ikut memuji kepiawaian dua pemain tersebut.

Pertanyaan “Masih adakah cinta di antara kita?”

Pertanyaan yang sama terus dilontarkan sang suami kepada istrinya. “Masih adakah cinta di antara kita?”. Namun, selama bertahun-tahun pertanyaan itu belum juga terjawab secara gamblang. Sang suami hanya mendapat jawaban yang tersirat. Padahal, ia membutuhkan jawaban tersurat.

Puncaknya, sang suami harus menebar pamflet yang berisi pertanyaan tersebut ke berbagai tempat demi mendapatkan jawaban. Bukan jawaban yang ia dapat, justru panggilan pengadilan karena pelanggaran hukum penyebaran pamflet tanpa izin.

Baca:
Drama Sejarah Pajajaran Dipentaskan di Perpustakaan Bogor

Hingga masa senja, sang suami belum juga mendapat jawaban dari istrinya. Mereka masih pada pendirian masing-masing. Bagi Istri, rasa cinta tidak bisa harus diukur melalui kata-kata, melainkan berupa tindakan nyata. Namun bagi Suami, cinta juga perlu diucapkan melalui kata-kata.

Inilah penggalan cerita lakon “Tanda Cinta” karya mendiang pendiri Teater Koma, Nano Riantiarno. Tak hanya bercerita seputar cinta suami dan istri, dialog yang muncul dalam lakon “Tanda Cinta” juga menyentil kondisi politik. Walau naskah lakon ini ditulis pada 2002 dan dipentaskan pertama di tahun 2005, situasi politik dalam dialog terasa relevan dengan yang terjadi sekarang, terutama terkait politik dinasti.

Cerita Politik Dinasti Seperti Situasi Saat Ini

Sutradara “Tanda Cinta”, Rangga Riantiarno mengungkapkan, naskah ini tidak ada penyesuaian khusus dengan kondisi terkini. Seluruh dialog sesuai dengan naskah yang ditulis oleh mendiang ayahnya. Menurutnya, di setiap era pemerintahan, penguasa selalu menyiapkan keluarganya untuk melanjutkan kekuasannya.

“Dialognya tidak ada yang dikurangi atau ditambah. Apa yang disaksikan memang ada di naskah. Dari 2005 dipentasin, dialognya kurang lebih sama. Dari dulu memang dari era mana pun selalu mempersiapkan keluarganya untuk meneruskan jejak mereka,” kata Rangga kepada Fokus Teater Bogor.

Rangga mengungkapkan, “Tanda Cinta” tak hanya sebatas pesan cinta antarpasangan, tetapi juga sesama manusia.

“Kita bertanya, masih adakah cinta dengan orang yang ada di sebelah kita, juga pada sesama. Masihkah kita menyimpan rasa cinta terhadap apapun yang ada di sekeliling kita,” ujar Rangga.

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *