Teater Pelajar MAN 2 Kota Bogor Bawa Cerita Anak Kabur dari Sekolah dan Melawan Ibu, Sedih Banget!

Seorang ibu marah besar kepada anaknya karena setiap hari hanya mabuk-mabukan dan menjadi beban. Kemarahan sang ibu memuncak karena anaknya hanya diam tak merespon. Ibu melayangkan tamparan. Anak bukannya minta maaf, justru melawan ibunya. Tak heran, ibu mengusir sang anak dari rumah.

“Kurang ajar! Ibu apa-apaan! Kenapa menampar pipiku seenaknya!”

“Kau melawan dengan ku? Sudah berani ya sekarang kau? Sudah berapa lama, ibu tanya padamu! Memang beban kau! Pergi kau dari dunia ini.”

Teater Pelajar MAN 2 Bogor pentas di Festival Teater Madya

Teater pelajar MAN 2 Kota Bogor, Teater I’tibar sukses mementaskan naskah teater “Gaduh” karya Nadine Nurrisky, Selasa (25/7) di Gedung Kamuning Gading, Kota Bogor. Pementasan teater ini adalah rangkaian Festival Teater Madya 2023. “Gaduh” bercerita tentang seorang anak remaja yang kehilangan jati diri,  ambisi, dan tekad akibat suatu insiden. Anak remaja ini memutuskan untuk meninggalkan pendidikannya karena merasa masa depannya suram. Anak remaja ini bahkan menjalani kehidupan “kotor” dengan menjadi preman. Setiap hari, ia meminta paksa uang dari para pedagang dan menggunakannya untuk mabuk-mabukan. bergerak dalam jalan yang batil. Beruntung, anak remaja ini memiliki teman yang membawanya kembali ke jalan kebaikan, setelah sebelumnya hilang kendali. 

“Selama beberapa waktu anak remaja ini melewatkan hari pada hal yang tak bermakna. Semua pudar, hilang, lenyap, tetapi anugerah berbaik hati mendatangkan diri lewat perantara manusia yang masih berbaik hati. Untuk menyadarkan kembali sang tokoh yang sudah kepalang hilang kendali,” kata penulis naskah “Gaduh” Nadine Nurrisky. 

Nadine mengungkapkan, pesan dalam penampilan teater berjudul “Gaduh” ini adalah untuk tidak menganggap remeh kondisi kesehatan mental atau psikologis seseorang. Menurutnya, situasi tersebut hanyalah bentuk kurangnya ketakwaan terhadap Tuhan. Nadine menambahkan, naskah teater ini juga ingin memberi pesan agar tidak mudah menghakimi seseorang tanpa mengetahui penyebab atau apa yang sebenarnya terjadi pada orang tersebut. 

Nadine mengungkapkan, inspirasi naskah teater “Gaduh” ini berasal dari kondisi lingkungan sekitar terutama kehidupan sekolah. Menurutnya, para pelajar sekarang terlalu menganggap remeh sekolah. Tokoh-tokoh yang ada juga dibuat kontras. Tokoh utama, Laskar adalah seseorang yang dulu nya ‘Sang Bintang Sekolah’, tetapi berubah 180° saat menjadi preman. Laskar memiliki sifat yang sebenarnya pendiam, tidak terlalu suka banyak bicara, lebih suka langsung menyampaikan apa yang ingin ia sampaikan. 

MENCARI SELERA PENONTON

Sutradara “Gaduh”, Zahra Aulia Rahmah menjelaskan bahwa pada dasarnya alur cerita pementasan teater ini sesuai dengan naskahnya. Alur ceritanya menyesuaikan kehidupan sehari-hari, seperti kehidupan di pasar yang cair. Pedagang dan pembeli tidak hanya bercengkerama dalam aksi jual-beli, tapi juga tapi juga membicarakan hal yang remeh-temeh seputar kehidupan orang lain. Ada sisi kehidupan yang keras yang tampak di atas panggung teater. Aksi premanisme menjadi hal yang lumrah dan tak bisa lepas dari keseharian di pasar.

Zahra menambahkan, pemilihan bahasa dalam dialog juga menyesuaikan perbincangan orang-orang di pasar di kehidupan sehari-hari yang lebih ringan. Menurut Zahra, hal ini bertujuan agar mudah dimengerti penonton yang sebagian besar adalah pelajar. 

“Alur cerita tidak begitu jauh dengan keadaan dalam kehidupan sehari-hari, juga pemilihan kata dan kalimat dalam dialognya ringan,” kata Zahra.

Zahra menceritakan, selama proses produksi, ia mencoba mencari tahu selera penonton agar pesan dari pementasan teater “Gaduh” ini sampai penonton. Yang tak kalah penting, kata Zahra, adalah memilih ide cerita yang dekat dengan penonton atau mewakili keresahan-keresahan masyarakat secara umum. 

“Kita cari selera umum penonton, lalu membuat pertunjukan sesimpel mungkin agar pesan yang ingin disampaikan bisa diterima oleh penonton dengan mudah, terakhir mencari ide cerita yang mewakili keresahan penonton,” ujar Zahra. 

Teater pelajar MAN 2 Kota Bogor Coba Kombinasi Alur dan Emosi

Teater pelajar MAN 2 Kota Bogor, Teater I’tibar cukup apik mengelola panggung dengan adegan-adegan yang dinamis. Alur cerita pun disusun sedemikian rupa agar tidak monoton dengan kombinasi komedi di antara rangkaian alur utama cerita. Ia mengungkapkan, pementasan teater “Gaduh” mengandung emosi dan alur cerita yang beragam dari datar hingga naik, lalu turun lagi. Lalu ada unsur komedi yang agar penonton tidak tegang. 

“Emosi dan alur cerita tidak melulu serius, ada bagian-bagian adegan yang diselipkan komedi,” kata Zahra. 

Kemampuan vokal para aktor pun cukup kuat, namun perlu ada perbaikan dari segi tekniknya. Bagian preman ngamuk dengan berteriak tampaknya menguras banyak energi. Bagian ini berisiko jika aktor terus berteriak dengan suara tenggorokan. Beruntung, aktor kuat dan tidak batuk-batuk. 

Zahra menjelaskan, untuk mengatasi berbagai kekurangan para aktor, ia selalu melakukan evaluasi rutin setiap kali latihan. Dalam evaluasi ini, tidak hanya sutradara yang memberikan masukan, tetapi juga para aktor bebas untuk saling memberi saran dan kritik. 

“Agar kemampuan aktor merata, kami melakukan evaluasi rutin setiap latihan dan memberikan saran serta kritik yang dapat mengasah kemampuan para aktor untuk dapat tampil lebih baik,” ujar Zahra. 

Zahra juga mengungkapkan bahwa selama proses latihan pementasan teater berjudul “Gaduh” ini, ia bersama timnya mememui berbagai macam kendala. Di awal, kata Zahra, tim menghadapi dilema dalam pemilihan alur cerita, kemudian pemilihan peran untuk setiap tokoh, menentukan jadwal latihan tetap, hingga proses perancangan dan pembuatan artistik. Namun Zahra menegaskan, kerja sama tim yang solid membuat semua kendala bisa diatasi. 

“Tantangannya sangat beragam, dari pemilihan alur cerita, pemilihan peran untuk setiap tokoh, menentukan jadwal latihan tetap sampai dengan pembuatan partisi untuk pementasan. Semua rintangan tersebut tidak akan mudah jika tanpa adanya kerja sama tim yang baik, pungkas Zahra.

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *